Pages - Menu

Saturday, April 9

Catatan Hati 14 Januari 2016 #1




Hari kamis itu seperti biasanya, matahari cerah, lalu lintas juga padat dan cuaca pun sangat baik, tak pernah terpikir sedikitpun kalau hari itu akan jadi hari yang sangat menakutkan untuk saya dan beberapa orang.  Hari itu, saya, sendiri dengan maksud ingin menyelesaikan pekerjaan dengan suasana yang beda dari biasanya, suasanya dengan harum aroma khas kopi, suasana dengan keseriusan bekerja namun tetap santai dengan ditemani makanan dan minuman.

Starbuck sarinah gedung cakrawala menjadi pilihan saya pagi itu, 9.30 wib saya tiba dan memesan satu cangkir cup teh cammomile, duduk diantara banyak orang yang juga sibuk dengan kegiatan pekerjaannya masing masing, orang-orang yang pagi itu otak dan pikirannya tertuju pada pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan untuk keluarganya.

Saya duduk sendiri, bekerja dengan laptop untuk menyelesaikan tanggung jawab sebagai pekerja, setelah hampir 1jam duduk dan berada disana, HP saya lowbat dan sayapun berniat untuk charge HP saya tepat pada saklar dibawah meja saya. Ternyata saklar dimeja saya saat itu tidak berfungsi dan menurut security saklar tempat saya duduk korslet, dan saya pun akhirnya melihat satu kursi kosong didepan meja saya dan ternyata saklar dibawah itu berfungsi, bahagia? Tentu saja, saya pun pindah tempat duduk dan memindahkan barang barang saya ke meja tersebut, tapi..belum cukup 5 menit  saya duduk, tiba tiba terjadi ledakan keras yang membuat seisi ruangan kacau balau, saya terjatuh, saya lemas, saya tak punya tenaga untuk bangkit dan keluar dari suasana mencekam tersebut, suasana yang dipenuhi asap hitam gelap, suasana dengan orang sekitar terjatuh pingsan dan tak sadarkan diri. Saya, yang saat itu berusaha sekuat tenaga berusaha bangkit menyelematkan diri, berusaha keluar dari suasana mencekam, berusaha bangkit dari beberapa kali terjatuh, sampai akhirnya saya sanggup melompat keluar dari jendela yang ternyata tinggi sekitar 1 – 2 meter, lompatan dengan landasan pecahan dan serpihan kaca yang entah berapa banyaknya. Saya, yang saat itu tidak sadar akan kekuatan yang datang dalam tubuh saya yang akhirnya berhasil menyelematkan saya keluar dari suasana yang  menakutkan.

Dengan lumuran darah dan luka di tubuh saya, saya berlari sekuat tenaga untuk  menghindar dari lokasi kejadian yang saat itu baru saya ketahui adalah ledakan BOM, setelah tau yang meledak adalah Bom,saya baru menyadari kalau tubuh saya penuh dengan darah, saya lemas,  saya kehilangan keberanian yang baru beberapa menit lalu saya dapatkan, saya pun meminta tolong pada seseorang  bapak yang saat itu membantu evakuasi , sampai  pada akhirnya dengan luka dan lumuran darah, saya dilarikan ke  rs terdekat untuk mendapat penanganan. Saat di ruang ugd, saya dikuasai rasa takut yang sangat besar, saat tim medils melakukan tindakan pada tubuh dan luka luka saya, yang terlintas di pikiran saya hanya satu “takut” iya, takut yang menjadi pemenang dalam mengalahkan semua rasa pada diri saya saat itu.

Sejak saat  di RS dan beberapa hari kemudian, rasa takut justru semakin menguasai  jiwa dan diri saya, menangis, gemetar, kerigat dingin,dan semua rasa takut yang berkumpul jadi satu sehingga menjadi rasa takut yang sangat besar. Saya kalah, saya dikalahkan rasa takut, saya ditundukkan kekhawatiran, saya dilemahkan kegundahan. Ini Trauma? Iya benar, trauma yang memasuki tubuh saya bahkan mungkin masuk kedalam nadi dan darah , yang membuat fisik dan mental saya lemah. Setelah hari kejadian itu, hari hari saya , tiap jam nya dipenuhi  dengan rasa takut, rasa lemah, rasa tidak percaya diri. Saya hampir kehilangan diri saya, keceriaan, senyuman, canda tawa sesaat berubah menjadi hari yang diisi ketakutan.  Malam hari yang harusnya menjadi waktu istirahat, berubah menjadi waktu yang paling saya takuti, waktu yang paling ingin saya lewati. Waktu tidur saya hilang, waktu istirahat saya terenggut, waktu santai saya menjauh, layaknya manusia yang butuh bantuan, saya rasa DOA lah yang dapat membantu saya, dalam kondisi tersebut, hanya satu doa yang sangat saya harap bisa terkabul “ya Allah, saya ingin tidur nyenyak malam ini” . doa yang saya ucapkan berkali kali setiap saat, karena saya ingin tidur dan beristirahat tanpa rasa takut dan gemetar, saya ingin tidur seperti biasa dan bangun pagi dengan badan yang lebih sehat.

12 jahitan dan luka luka lain di tubuh saya rasanya tidak sebanding dengan apa yang saya rasa pada mental saya saat itu, apa yg saya rasakan jauuuuh lebih sakit dan lebih pedih dibandingkan luka pada tubuh saya, berapa lama saya akan tersiksa dalam ketakutan ini? Berapa lama saya akan dikalahkan rasa takut dan trauma yang nantinya hanya merusak  jiwa dan tubuh saya.
Saya butuh Tuhan, saya butuh doa, saya butuh dukungan..Saya? saya beruntung, memiliki orang orang yang sangaaat luar biasa mendampingi saya dan memberikan dukungan dan doa tiada henti, suntikan semangat yang terus ada, dukungan dan doa yang menguatkan saya. Lalu saya sembuh? Belum, apa yang saya dapat belum dapat menyembuhkan ketakutan saya.  Sampai pada akhirnya saya mencari dalam diri saya sendiri, apa yang bisa merubah semuanya, dan ternyata saya lupa akan satu hal, “bersyukur” , rasa takut dan trauma ini membuat saya sesaat lupa akan namanya “bersyukur”. Sejenak saya terlupa akan karunia dan perlindungan Allah Swt yang begitu luar biasa kepada saya.

Allah Swt dengan  segala kebesarannya melindungi dan menyelematkan saya dalam kejadian yang sangat menakutkan semua orang, kasih sayang Allah yang begitu besar pada umatnya dan terutama pada diri saya, Allah yang maha besar dan pelindung semua umatnya. Lalu kenapa saya harus terus merasa takut, sementara DIA maha penolong. Lalu kenapa saya merasa sedih, sementara DIA maha penyayang. Dan saya pun tersungkur dalam doa, menceritakan semua kepadaNya, mengadukan semua rasa kepadanya, menjatuhkan bulir deras air mata dalam kekhusukan, dan menyerahkan semua rasa takut kepadaNya, saya tidak pernah merasa sedekat ini dan sedamai ini dalam berDOA. Saya selalu mendengar tentang Perlindungan Allah Swt, Kasih Sayang Allah Swt dan kali ini saya benar benar merasakannya. Subhanallah, Allahu Akbar.. Sungguh Allah Swt Sebaiknya baiknya penolong dan sebaik baiknya pelindung.

Indonesia, jakarta terluka, namun kehidupan harus tetap berjalan, semangat dan simpati datang dari mana saja, dukungan datang dari berbagai bentuk, yang menunjukkan bahwa #KamiTidakTakut dan kami #MenolakTakluk akan teror yang diciptakan oleh orang orang yang sudah kehilangan nuraninya. Terpikirkah oleh mereka akan perbuatannya. 1 hari yang membuat keluarga kehilangan orang tersayangnya, 1 hari yang membuat orang harus kehilangan kesehatan dan kesempurnaan fisiknya, 1 hari yang meninggalkan luka hati mendalam seumur hidupnya dan 1 hari yang menorehkan kesedihan dan kedukaan yang dalam. Apa salah kami yang menjadi korban, apa yang kami lakukan sampai kami harus ada dalam kejadian ini?
Jika agama yang menjadi perisai akan hal ini, lalu agama apa yang dianut sehingga tega merenggut dan menyakiti jiwa yang tidak bersalah. Bukankah semua agama mengajarkan kasih sayang sesama dan menciptakan perdamaian. Jika islam yang digadang sebagai agama teroris, lalu mengapa umat muslim juga menjadi korban? Saya Muslim, saya Islam, dan Islam bukan teroris.



***to be continued***


No comments:

Post a Comment