Hari kamis itu seperti biasanya,
matahari cerah, lalu lintas juga padat dan cuaca pun sangat baik, tak pernah
terpikir sedikitpun kalau hari itu akan jadi hari yang sangat menakutkan untuk
saya dan beberapa orang. Hari itu, saya,
sendiri dengan maksud ingin menyelesaikan pekerjaan dengan suasana yang beda
dari biasanya, suasanya dengan harum aroma khas kopi, suasana dengan keseriusan
bekerja namun tetap santai dengan ditemani makanan dan minuman.
Starbuck sarinah gedung cakrawala
menjadi pilihan saya pagi itu, 9.30 wib saya tiba dan memesan satu cangkir cup
teh cammomile, duduk diantara banyak orang yang juga sibuk dengan kegiatan
pekerjaannya masing masing, orang-orang yang pagi itu otak dan pikirannya
tertuju pada pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan untuk keluarganya.
Saya duduk sendiri, bekerja
dengan laptop untuk menyelesaikan tanggung jawab sebagai pekerja, setelah
hampir 1jam duduk dan berada disana, HP saya lowbat dan sayapun berniat untuk
charge HP saya tepat pada saklar dibawah meja saya. Ternyata saklar dimeja saya
saat itu tidak berfungsi dan menurut security saklar tempat saya duduk korslet,
dan saya pun akhirnya melihat satu kursi kosong didepan meja saya dan ternyata
saklar dibawah itu berfungsi, bahagia? Tentu saja, saya pun pindah tempat duduk
dan memindahkan barang barang saya ke meja tersebut, tapi..belum cukup 5
menit saya duduk, tiba tiba terjadi
ledakan keras yang membuat seisi ruangan kacau balau, saya terjatuh, saya
lemas, saya tak punya tenaga untuk bangkit dan keluar dari suasana mencekam
tersebut, suasana yang dipenuhi asap hitam gelap, suasana dengan orang sekitar
terjatuh pingsan dan tak sadarkan diri. Saya, yang saat itu berusaha sekuat
tenaga berusaha bangkit menyelematkan diri, berusaha keluar dari suasana
mencekam, berusaha bangkit dari beberapa kali terjatuh, sampai akhirnya saya
sanggup melompat keluar dari jendela yang ternyata tinggi sekitar 1 – 2 meter,
lompatan dengan landasan pecahan dan serpihan kaca yang entah berapa banyaknya.
Saya, yang saat itu tidak sadar akan kekuatan yang datang dalam tubuh saya yang
akhirnya berhasil menyelematkan saya keluar dari suasana yang menakutkan.
Dengan lumuran darah dan luka di
tubuh saya, saya berlari sekuat tenaga untuk
menghindar dari lokasi kejadian yang saat itu baru saya ketahui adalah
ledakan BOM, setelah tau yang meledak adalah Bom,saya baru menyadari kalau
tubuh saya penuh dengan darah, saya lemas,
saya kehilangan keberanian yang baru beberapa menit lalu saya dapatkan,
saya pun meminta tolong pada seseorang
bapak yang saat itu membantu evakuasi , sampai pada akhirnya dengan luka dan lumuran darah,
saya dilarikan ke rs terdekat untuk
mendapat penanganan. Saat di ruang ugd, saya dikuasai rasa takut yang sangat
besar, saat tim medils melakukan tindakan pada tubuh dan luka luka saya, yang
terlintas di pikiran saya hanya satu “takut” iya, takut yang menjadi pemenang
dalam mengalahkan semua rasa pada diri saya saat itu.
Sejak saat di RS dan beberapa hari kemudian, rasa takut
justru semakin menguasai jiwa dan diri
saya, menangis, gemetar, kerigat dingin,dan semua rasa takut yang berkumpul
jadi satu sehingga menjadi rasa takut yang sangat besar. Saya kalah, saya
dikalahkan rasa takut, saya ditundukkan kekhawatiran, saya dilemahkan
kegundahan. Ini Trauma? Iya benar, trauma yang memasuki tubuh saya bahkan
mungkin masuk kedalam nadi dan darah , yang membuat fisik dan mental saya lemah.
Setelah hari kejadian itu, hari hari saya , tiap jam nya dipenuhi dengan rasa takut, rasa lemah, rasa tidak
percaya diri. Saya hampir kehilangan diri saya, keceriaan, senyuman, canda tawa
sesaat berubah menjadi hari yang diisi ketakutan. Malam hari yang harusnya menjadi waktu
istirahat, berubah menjadi waktu yang paling saya takuti, waktu yang paling
ingin saya lewati. Waktu tidur saya hilang, waktu istirahat saya terenggut,
waktu santai saya menjauh, layaknya manusia yang butuh bantuan, saya rasa DOA
lah yang dapat membantu saya, dalam kondisi tersebut, hanya satu doa yang
sangat saya harap bisa terkabul “ya Allah, saya ingin tidur nyenyak malam ini”
. doa yang saya ucapkan berkali kali setiap saat, karena saya ingin tidur dan
beristirahat tanpa rasa takut dan gemetar, saya ingin tidur seperti biasa dan
bangun pagi dengan badan yang lebih sehat.
12 jahitan dan luka luka lain di
tubuh saya rasanya tidak sebanding dengan apa yang saya rasa pada mental saya
saat itu, apa yg saya rasakan jauuuuh lebih sakit dan lebih pedih dibandingkan
luka pada tubuh saya, berapa lama saya akan tersiksa dalam ketakutan ini?
Berapa lama saya akan dikalahkan rasa takut dan trauma yang nantinya hanya
merusak jiwa dan tubuh saya.
Saya butuh Tuhan, saya butuh doa,
saya butuh dukungan..Saya? saya beruntung, memiliki orang orang yang sangaaat
luar biasa mendampingi saya dan memberikan dukungan dan doa tiada henti,
suntikan semangat yang terus ada, dukungan dan doa yang menguatkan saya. Lalu
saya sembuh? Belum, apa yang saya dapat belum dapat menyembuhkan ketakutan
saya. Sampai pada akhirnya saya mencari
dalam diri saya sendiri, apa yang bisa merubah semuanya, dan ternyata saya lupa
akan satu hal, “bersyukur” , rasa takut dan trauma ini membuat saya sesaat lupa
akan namanya “bersyukur”. Sejenak saya terlupa akan karunia dan perlindungan
Allah Swt yang begitu luar biasa kepada saya.
Allah Swt dengan segala kebesarannya melindungi dan
menyelematkan saya dalam kejadian yang sangat menakutkan semua orang, kasih
sayang Allah yang begitu besar pada umatnya dan terutama pada diri saya, Allah
yang maha besar dan pelindung semua umatnya. Lalu kenapa saya harus terus
merasa takut, sementara DIA maha penolong. Lalu kenapa saya merasa sedih,
sementara DIA maha penyayang. Dan saya pun tersungkur dalam doa, menceritakan
semua kepadaNya, mengadukan semua rasa kepadanya, menjatuhkan bulir deras air
mata dalam kekhusukan, dan menyerahkan semua rasa takut kepadaNya, saya tidak
pernah merasa sedekat ini dan sedamai ini dalam berDOA. Saya selalu mendengar
tentang Perlindungan Allah Swt, Kasih Sayang Allah Swt dan kali ini saya benar
benar merasakannya. Subhanallah, Allahu Akbar.. Sungguh Allah Swt Sebaiknya
baiknya penolong dan sebaik baiknya pelindung.
Indonesia, jakarta terluka, namun
kehidupan harus tetap berjalan, semangat dan simpati datang dari mana saja,
dukungan datang dari berbagai bentuk, yang menunjukkan bahwa #KamiTidakTakut
dan kami #MenolakTakluk akan teror yang diciptakan oleh orang orang yang sudah
kehilangan nuraninya. Terpikirkah oleh mereka akan perbuatannya. 1 hari yang
membuat keluarga kehilangan orang tersayangnya, 1 hari yang membuat orang harus
kehilangan kesehatan dan kesempurnaan fisiknya, 1 hari yang meninggalkan luka
hati mendalam seumur hidupnya dan 1 hari yang menorehkan kesedihan dan kedukaan
yang dalam. Apa salah kami yang menjadi korban, apa yang kami lakukan sampai
kami harus ada dalam kejadian ini?
Jika agama yang menjadi perisai
akan hal ini, lalu agama apa yang dianut sehingga tega merenggut dan menyakiti
jiwa yang tidak bersalah. Bukankah semua agama mengajarkan kasih sayang sesama
dan menciptakan perdamaian. Jika islam yang digadang sebagai agama teroris,
lalu mengapa umat muslim juga menjadi korban? Saya Muslim, saya Islam, dan
Islam bukan teroris.
***to be continued***